Minggu, 26 Oktober 2014

Yume Chapter 1

Ini Fanfik inspirasi dari game alundra sama wild arms.
Judul: Yume by Yuuki Kazemaru aka Taichun
Genre: Fantasy, Action, comedy

gomen klo banyak typo, bahasa rancu, jalan cerita ga nyambung dan merusak imajenasi. selamat menikmati XD

“Otsukaresama deshita. Akhirnya pekerjaan kita selesai Shin.” Ujarku ke Shin Kera peiharaanku yang sejak kecil menemaniku.
“Alundra!! Jika sudah selesai cepat temui suamiku!!” teriak seorang wanita paruh baya yang biasa dipanggil Bu Mayor.
“Hai’… aku segera kesana..” sahutku yang langsung melangkahkan kakiku beranjak dari gudang menuju lantai 2, dimana suami Bu Mayor sudah menungguku.
Langkah demi langkah aku jejaki anak tangga menuju lantai 2. Terdengar sayup-sayup suara teriakan diruang yang akan kutuju.
“Mayor, apa yang haru kita lakukan.? Kondisi Kakek Fujimaru semakin memperihatinkan. Apakah harus kita bawa ke Kota sebelah untuk perawatan? Disana lebih lengkap alat untuk merawat Kakek Fujimaru.” Terdengar samar-samar seorang laki-laki berbicara kepada Mayor ketika aku sudah berada didepan pintu ruangan yang aku tuju.
Aku mengetuk beberapa kali pintu itu. Took!! Tok! Tookkk!! “Permisi.. maaf mengganggu.” Ujarku. Seketika keributan didalam berubah menjadi sunyi. Lalu terdengar suara teriakan.
“Masuk laah nakk!! Ak sudah menunggumu.” Aku pun memegang gagang pintu dan memutarnya kekiri dan mendorong pintu itu yang seketika terlihat pria agak gempal dan berkumis yang melingkari bibir atasnya. Dengan senyum yang melingkar dia menyuruhku masuk seraya telapak tangan kanannya terbuka seolah menunjuk sebuah kursi untuk duduk. Aku menghampiri sambil menoleh kearah kiri, terlihat seorang pria muda memejamkan mata dan menyilangkan tangannya di dadanya. Senyum kecut terlengkung diwajahnya. Aku pun hanya bias membalas senyum kecutnya dengan senyum lagi.
“Alundra bagaimana keadaanmu?” ujarnya sambil menaruh genggaman kedua tangannya di meja.
“Aku baik-baik saja. Masih belum cacat sedikitpun.” Jawabku sambil tersenyum lebar. :D
“Oya kamu sudah hampir dua bulan kerja disini ya. Bagaimana pekerjaanmu disini?” Tanya Mayor.
“Pekerjaannya lumayan menguras tenaga. Tapi lumayan lah untuk mengisi waktu. Ya kan Shin?” jawabku sambil menengok kearah Shin yang berengger di pundakku sedari tadi.. “uuuu aaakaaa” sahut Shin.

Mayor pun memalingkan tangan kanannya dari atas meja dan beranjak menuju laci meja. Menarik laci itu dan mengeluarkan sebuah amplop coklat. “ini bayaran untuk kerja kerasmu. Smoga kamu bias lebih giat lagi.” Ujar Mayor dengan senyum yang melengkung dibibirnya.
“Terima kasih banyak Mayor. Entah aku harus mengucapkan berapa terima kasih untuk membalasnya. Tanpa Mayor aku takan ada disini.” Ujarku sambil membungkukan badanku dikursi itu. Ucapan terima kasihku terus mengalir dalam hati. Jika saja Mayor tak menemukan ku di hutan, entah apa yang akan terjadi padaku. Mungkin aku sudah jadi makanan serigala-serigala lapar disana. Saat itu juga Mayor membawa ku ke kota kecil bernama Surf. Kota tenang yang dipenuhi penduduk yang ramah.
“Mandi dan beristirahatlah! Kau pasti sangat lelah.” Seru Mayor.
“Sekali lagi terima kasih” ujarku padanya. Aku langsung bangkit dari tempatku duduk. Melangkah menuju pintu. Ketika tangan kiriku hendak menyentuh gagang pintu, pintu membuka dan DUUAAAAKKK..!! aku terseret dibelakang pintu. Hidungku sedikit berdarah. Terdengar suara orang panik.
“MAYOORR.. GAWAT.!!!” Seorang pria berteriak.
“Tenangkan dirimu. Ada apa sebenarnya?” Tanya Mayor seketika.
“Cu..cucu Kakek Fujima..maru!! Mendengar rumor ka..kalau Green Berry bisa menyembuhkan penyakit Ka..kakeknya. Dan dia ne.nekat menuju Berry Ca..Cave. Goa keramat itu. Mayor tau kan apa yang akan terjadi bila buah itu dipetik.?” Nampak pria itu sangat panic terlihat dari ucapannya yang terbata-bata.
“Iya aku tau. Aku mengerti. Aku akan kirim orang untuk menjemputnya sebelum dia memetiknya.” Ujar Mayor tenang.
Mayor adalah walikota paling bijak yang pernah kutemui. Dia sangat tenang dalam keadaaan apapun. Bahkan keadaan panik seperti saat ini.
Aku mendorong pintu yang menghimpitku dan mengajukan diri untuk melakukan tugas itu.
“Aku sendiri yang akan pergi kesana. Aku akan menjemputnya.” Tegasku.
“Apa kau yakin Alundra?” Tanya Mayor.
Terdengar bisikan dari pria yang sedari tadi diam dan menyilangkan tangannya di dada “anak baru yang sok pahlawan.”
“Aku yakin.. Aku pasti akan membawa anak itu kembali.!” Ujarku seraya mengangkat genggaman tanyanku sejajar dengan bahu.
“Baiklah Alundra aku dan beberapa warga akan mengantarkanmu ke depan mulut goa itu.” Mayor beranjak dari kursinya menuju sebuah pedang perak yang dipajang di samping rak buku yang terlihat sedikit berdebu.


“Kita sudah dekat.” Ujar seorang pria kurus berkumis tipis dengan wajah agak pucat karena mungkin sedikit ketakutan.
Langkah demi langkah kami telusuri sore itu. Langit pun mulai berubah kemerahan. Tak beberapa lama melangkah, kami sampai di sebuah lubang yang lebar menganga sekitar 10-12 meter diameter lubang itu. Kami berhenti di depan goa itu. Dengan sedikit bergidig karena aura mencekam keluar dari goa itu
“Baiklah. Aku akan masuk.” Ucapku mengumpulkan keberanian.
“Baiklah Alundra, ini terima lah.” Mayor menyodorkan Sebilah pedang yang sedari tadi disematkan dipunggungnya.
“hati-hati. Disana mungkin banyak bahaya yang menghadangmu. Dan pastikan kau kembali bersamanya dengan selamat.” Lanjut Mayor.
“Baik Mayor terimakasih.” Aku mengambil pedang itu dan mengalungkan ke punggungku.
Lelaki kurus tadi menyalakan sebuah obor untuk pencahayaan didaalam goa nanti dan langsung menyodorkan obor itu kepadaku. Aku menerima obor itu dan jalan menuju  goa itu. “Ittekimmasu!!” seruku ke semua orang disana.

Hanya ditemani obor dan Shin sahabat, ku aku jalan menuju sebuah tempat yang asing. Belum sekalipun aku masuk ke goa yang gelap seperti ini.
“Shin apa kau takut?” Tanyaku.
“uuukuu aaa aa” jawab Shin seolah berbicara ia takut.
“Aku juga. Sedikit takut.”
Langkah demi langkah aku telusuri, tiba-tiba.. KREEEKK… Sebuah benda seperti patah di kaki ku saat aku menginjaknya. ‘apa itu?’ hati ku spontan berfikir seperti itu. aku menunduk pelan karena sedikit takut.
“Hai bung, kau mematahkan jariku.”
AAAAAAAAAAAAAARRRRRGGGHHH.!!!!!!!
Aku dan Shin menjerit sejadi-jadinya. Melihat tengkorak dan kerangka manusia berbicara padaku.. aku lari tak melihat kebelakang lagi.
“hei tunggu. Aku tak bermaksud menakutimu.” Terdengar suara sayup-sayup dari tengkorak itu saat aku berlari.

DUUUAAAKKK!!!!
Aku menabrak dinding goa dan pingsan seketika.. beberapa menit aku pingsan. Aku melihat Shin menarik-narik kerah baju ku. Aku tersadar dengan kepala sakit. Mungkin efek terbentur tadi.
“Shin ini dimana?” aku membuka mata sambil mengelus dahi. “ii…iitee..ttee..”
“uuuaaa uu aaa” Jawab Shin seraya berkata ‘kita sedang di goa’. Aku baru ingat tadi ada tengkorak berbicara. Aku mulai merinding lagi saat mengigat kejadian tadi.

“Ayo Shin kita cepat temukan anak itu. kita tak punya waktu untuk bersantai.” Ujar ku pasa Shin. Aku mulai bangkit dan Shin memanjat menuju kearah bahu ku.

Beberapa saat aku melangkahkan kaki ku. Terdengar suara erangan anak kecil seperti sedang mendorong sesuatu.. eerrrrgggghhh!!!! Eerrgghh!!
Aku mulai berlari menuju sumber suara itu. aku sampai di sebuah ruangan yang cukup luas dengan obor api disetiap sudut ruangan. Seorang anak sedang mendorong sebuah pintu yang terlihat terkunci.

“Heii.. Bocah. Ditempat seperti ini apa yang kau lakukan.?” Tanya ku.
“apa kau tak bisa melihat apa yang kulakukan?” dia bertanya balik.
“ohh.. souka.. kau Fuyumaru kan.?” Tanya ku lagi. Sambil menyandarkan tubuh ke dinding dan duduk bersila.
“Iyaa.. jangan berisik anak baru.!!” Jawabnya ketus.
“aku tak akan menggangumu kok. Aku hanya diberi tugas mengawasi bocah disini.” Balas ku dengan sedikit ketus juga.
“Siapa yang kau sebut bocah! Haaah!” anak itu berbalik kearah ku dan berhenti mendorong pintu itu sambil memandangku dengan penuh amarah.
“jyoudan da yo. Aku hanya bercanda. Lakukan sesukamu. Aku hanya akan mengawasimu.” Sahut ku.

Seketika terdengar suara erangan binatang. Tak hanya satu. Mungkin ada tiga. Cahaya dan suara teriakan anak tadi memancing binatang itu untuk menghampiri kami. Pasti mereka sangat lapar.
“hoy bocah. Prasaanku tak enak. Ayo cepat selesaikan pekerjaanmu dan keluar dari sini.!”
“Berisiik!! Aku akan keluar bila sudah kudapatkan Green Berry.
Beberapa sosok bayangan muncul, mungkin itu sumber suara raungan binatang-binatang lapar tadi. Ternyata serigala goa yang terkenal ganas dan berbahaya karena liurnya sangat berbisa. Dengan beberapa menit saja kau bisa mati dengan setetes ‘bisa’ itu.

Aku bangun dan menarik pedang dari sarungnya. Terdengar suara pedang yang bersentuhan dengan sarungnya. Sriinnggg!!
Aku menyiapkan kuda-kuda sambil mengarahkan pedang kearah serigala goa itu. berjalan menghampiri anak itu untuk melindunginya.
Terlihat ada tiga serigala yang menghampiri kami. Satu serigala berlari menerjang kami, aku menarik pedang dan mengayunkan kearah kiri. Serigala itu terlempar karena tepat di lehernya aku mengenainya. Dua serigala lain berjalan pelan menuju sisi kanan ku. Tak lama salah satu dari mereka menerjangku. Aku menahan dengan pedang dan aku terlempar di sisi kiri..
Aaarrrgghh!!.. SIAALAAN KAUU!!!..  Shin berusaha lari menuju Fuyumaru dan menaiki pundaknya.
Aku balik mendorong dan menebasnya dengan pedang ku ketika ada sedikit jarak dari doronganku. Aku melihat Fuyumaru ketakutan. Salah satu dari serigala itu menerjang na. aku berlari dan melompat menuju Fuyumaru. Aku terbang menangkap Fuyumaru tapi lengan kananku tergores gigi dari serigala itu. AAARRGGHH!!! Eranganku saat tergores taring serigala dan melukai lengan kananku. Aku menebas Serigala itu saat masih terjun bebas diudara dengan pedang ditangan kiriku. Dan…

BRUUAAAAKKKK!!!!
Aku berputar dan punggungku menghantam pintu yang terkunci itu. seketika pintu itu terjebol. Terlihat cahaya terang yang menerangi sebuah tanaman kecil yang dikelilingi genangan air dari air terjun kecil dibelakangnya. Tepat diblakang pohon itu terlihat seperti prasasti. Entah apa tulisannya aku tak mengeti.
“Apa buah itu yang kau cari, hei bocah?” tanyaku pelan dalam keadaan tertidur dan masih memeluk Fuyumaru.
“hhuu umm.” Jawabnya singkat seperi nada bersalah.
“apa itu bisa menyembuhkan kakekmu?” tanyaku lagi.
“Seperti yang di ceritakan rumor, mungkin bisa.”
“baiklah ayo kita ambil.” Aku bangun dan melangkah menuju buah itu. sambil memegangi lenganku yang terluka. Disambut Shin yang langsung menaiki pundakku.

Aku melihat buah kecil-kecil berwarna hijau. Hanya ada 3 buah. Aku memetiknya dan melangkah menuju Fuyumaru.

Baru saja 5 langkah gempa kecil terjadi.
“Apa yang terjadi..?” Tanya ku.
SUZUKU :v

Tidak ada komentar:

Posting Komentar