Lonceng sekolah berbunyi, tanda kelas telah dimulai. Seakan tak peduli, pagi itu aku merenung di ruang kelas. “Tuhkan bener... mana mungkin si Lisa suka sama gua” Wajah sedihku mengotori jendela kelas yang baru dibersihkan dengan linangan air mata. Seakan seperti sebuah ketidak beruntungan, aku melihat seseorang yang tak ingin kulihat dari jendela koridor yang mengarah ke lapangan sekolah tersebut. Pagi itu aku melihat seseorang yang setiap paginya dikerumuni oleh para murid perempuan di lapangan saat kedatangannya ke sekolah. Ialah sahabatku sendiri, Neal. Sebenarnya aku tak terlalu mempermasalahkan kepopulerannya ini, namun untuk pagi ini sangat tak bisa kuterima. Apalagi setelah pernyataan dari orang yang sangat berarti bagiku kalau dia menyukai sahabatku tersebut. Dialah teman masa kecilku, Lisa. Waktupun berlalu, seakan tidak peduli pada hal lainnya, aku sampai tak memperhatikan kalau teman masa kecilku itu berlari menuju sahabatku tersebut. “ah mulai males dah gua, mau ngapain lagi si Li-“ seketika gumaman kesalku terhentidan berubah menjadi tawa saat kulihat Lisa tak sengaja jatuh di depan Neal dan kerumunan banyak orang “wakaka ada-ada aja si Lisa” Tawaku yang hanya separuh hati. Tanpa sadar kutabrakkan wajahku ke kaca jendela koridor tersebut karena begitu kagetnya saat kulihat Lisa memberikan sebuah kotakdengan penuh hiasan pita ke cowok satu itu. “Eh? si Lisa udah berani ngasih hadiah ke si Neal? Segitu sukanya kah dia sama si Neal?” Gumaman kesalku yang kuluapkan sambil memukul kaca jendela. Tak peduli meskipun orang-orang disekelilingku menatapku dengan pandangan aneh dan takut.
Setelah itu, aku pun masuk ke kelas sambil tidur-tidur galau di meja. Tiba-tiba si cowok populer itu, alias sahabatku sendiri itu datang menghampiriku sambil membawa kotak hadiah pemberian Lisa tersebut. “Oi Van, aku dikasih hadiah sama cewek nih, aku harus ngapain nih?” Tanyanya gelisah “Ciee dikasih hadiah, selamat ya” kujawab dengan nada malas “Lah kok gitu si kamu Van? Ayo dong bantuin aku!” Sambil digoyang-goyangnya badanku “Ah apaan sih lo, orang lagi pengen istirahat juga” Keluhku “Ayolah! sebentar doang kok” rengekannya sangat mengangguku “Ah lo... yaudah kenapa emang? Tumben-tumbenan lo gelisah begini?” tanyaku bingung “Iyalah aku gelisah begini... ini dari cewek populer di sekolah coy, kakak kelas lagi” Pernyatannya membuatku sangat kesal, namun kutahan sambil mengepal tangan dengan keras “Yaudah kenapa kagak lo buka aja?” Saranku supaya dia cepat diam lalu pergi “Gak! Mana bisa langsung dibuka!” Jawabnya sangat keras yang sontak membuatku kaget “Yaudah terus mau lo apain? Lo pake selfie?”Ledekku “Ya kagaklah! Tapi kan... ini hadiah pertama aku dari cewek Van, masa langsung dibuka gitu aja” Gumamnya mengeluh “Yaudah lo taruh aja di museum sana!” Jawabku mulai kesal. “Yaudah deh, iye gua buka dah” Gumam keluhnya. Ketika itu juga Neal membuka kotak hadiahnya, dan melihat sebuah pita hitam di dalamnya “Ah cuma pita doang toh... palingan kode mau ngajakin ke pesta” Kataku sambil memasang wajah cemberut. Tapi, entah mengapa wajah ketakutan terpancar dari wajah sahabatku itu, ia terlihat sangat shock... badannya yang gemetar dan mengeluarkan keringat dingin membuatku tak mengerti dan bertanya-tanya ‘Sebenarnya ada apa ini?apa yang sedang terjadi?’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar