Tanpa sadar, hari menjelang sore. sementara Susan dan Cindy masih berada di rumah kediaman James. Cindy masih ada di ruang keluarga sambil sesekali melihat keadaan Clara yang belum sadar dari insiden tadi, sedangkan Susan yang terkejut setelah memegang sebuah benda yang membuat ia mengalihkan perhatiannya hanya untuk melihat benda itu.
Raka mulai sadar dari tidurnya. Melihat ada seorang gadis memasuki kamarnya, sontak Raka pun melempar guling yang sedari tadi ada di tangannya. Dan guling itu tepat mengenai sasaran “Hei, sakit tau.” “Sedang apa kau disini?” Tanya Raka bingung. “Sedang apa? Tentu saja merawatmu. Memangnya apa?” dengan nada sedikit marah, Susan mengembalikan guling yang mengenainya itu menuju ke tempat Raka berbaring dan… plakk, suara tamparan Susan sangat keras hingga membuat tanda merah di pipi kanan Raka. “Hey… ada apa denganmu sebenarnya?” “Kau yang ada apa. Sudah kutolong bukannya bilang terima kasih, malah melempar guling. Ngajak berantem?” “Kau pikir aku takut huh!.” Pipi Raka terlihat kemerahan. Bukan karena habis di tampar, tetapi ruam di pipinya yang menyerupai kupu-kupu itu mulai tampak jelas setelah tamparan Susan mengenai pipinya itu.
“Kau membuatku marah . Sekarang aku tidak segan-segan untuk menyakitimu.” raka terlihat serius dengan ucapannya itu. saat ia ingin turun dari kasur. Cindy sudah berada di pintu kamar raka. Iapun segera memeluk raka untuk membuatnya tenang “Sudah raka. Tenanglah.” “Eh… bibi Cindy. Sedang apa bibi disini?” Tanya raka bingung, setelah sekejap melihat bibinya memeluk dan berkata kepadanya. Kemarahan rakapun meredam karena kedatangan cindy.
“Kebetulan bibi ingin berkunjung kemari. Nah kenalkan ini Susan, anak bibi. Dan bibi harap kalian bisa akur ya” sambil tersenyum, Cindy melepaskan pelukannya dari Raka. “Jadi gadis ini anak bibi. Kenapa bibi tidak cerita sebelumnya?” ucap raka datar. “Bibi sengaja ingin membuat surprize buat keponakan bibi ini.” Jawab Cindy sambil membelai kepala Raka dan tersenyum kepadanya.
“Bibi udah lama disini?” Tanya Raka cepat. “Oh, engga. Belum lama kok. Tapi bibi juga gak bisa lama-lama disini” “Loh kenapa bi? Menginap aja disini” pinta Raka kepada bibinya. “Bukan bibi yang menginap disini, tapi Susan. Dia yang akan tinggal sementara disini.” “Kenapa gadis ini bi” “Memangnya aku mau tinggal serumah sama kamu!” timpal Susan karena kesal tidak di perhatikan Raka. “Sudah jangan membantah. Ini perintah ayahmu Raka.” “Jadi begitu. Aku rasa aku tak punya pilihan lain.” Susan yang sangat kesal, kembali menampar Raka, tetapi kini bagian pipinya yang lain. Alhasil kedua pipi raka terlihat seperti dihinggapi dua ekor kupu-kupu berwarna merah “Susan, kamu engga boleh begitu sama Raka.” “Aku terlanjur kesal bu.” “Lihat bi. Inilah kenapa aku tidak ingin dia yang menginap disini.” Jawab Raka sambil menunjuk tajam kearah Susan.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari arah depan. “Ada apa disana.” ucap Raka cemas. “Biar bibi periksa. Kamu dan Susan bersembunyilah. Kalau bibi tidak kembali lagi, pergilah dan bawa ini. Untukmu Susan, simpan benda yang kau ambil tadi dan jangan sampai hilang. Oke?” “eh. Eng, iya bu. Baiklah” “Satu lagi, jikalau ibu tidak kembali pergunakanlah benda itu untuk melindungi kalian. Nah sekarang kalian cepat sembunyi” Cindy segera keluar dari kamar Raka, Raka dan juga Susan segera bersembunyi di dalam lemari baju Raka.
Raka dan Susan tampak takut, sangat takut sampai-sampai darah mereka mengalir deras menuju kepala dan detak jantung mereka berdetak cepat seperti ingin memburu mangsa. Nafas mereka bergerak tidak wajar, mereka saling berlomba menghirup oksigen yang terbatas di dalam lemari. “Dorr…” suara tembakan terdengar hingga ke kamar Raka. Ketakutan mereka makin menjadi-jadi. Terdengar langkah kaki mendekat menuju mereka berdua dan secara kebetulan sesuatu terjadi…
TO BE CONTINUED...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar