Minggu, 26 Oktober 2014

Raka - Chapter 2

Pagi itu, pagi yang cerah untuk keluar rumah dan bermain di tengah-tengah rumput yang lapang. Tetapi tidak untuk raka. Dia masih terkulai lemas di kasur tempat tidurnya berada, ibunyapun terus-menerus menggantikan air kompres untuk anaknya tersayang. Disaat ibunya ingin mengganti air kompres yang kesekian kalinya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu menggema di dalam rumah. Setelah menaruh air kompres di kamar raka, clara langsung beranjak ke pintu depan untuk membukakan pintu. Terkejut melihat siapa yang datang, clara sampai-sampai menutup mulutnya dan mengeluarkan air mata “hai clara. Apa kabar?” kata pertama yang terdengar dari suara wanita seumuran dengannya yang membawa anak berumur 13 tahun itu sangat membuat clara ingin memeluknya dan menangis di pelukannya.

Dan benar saja. Ia langsung memeluk erat wanita itu dan menangis tersedu-sedu karena tak dapat menahan kesedihan yang sudah lama terpendam dalam dirinya. “raka cin raka. Penyakitnya makin sering kambuh akhir-akhir ini. Aku tak tau harus berbuat apa” kata clara terbata karena tangisan yang tak berhenti. “tenanglah clara. Aku sudah tau semuanya dari james. James akan segera menyelesaikan penelitiannya. Dan ia akan kembali kesini. Jadi kau tak usah khawatir lagi” “iya. Aku tau, tapi kini ia butuh serum itu untuk membuatnya tenang” “aku membawa anakku. Mungkin ia bisa bermain dengan susan untuk mengalihkan perhatiannya” sambil ibunya berkata, susan menyodorkan tangannya kepada clara untuk memperkenalkan diri. “susan” “oh hai susan. Maaf tante menangis” “iya tante. Engga apa apa kok. Oiya sekarang raka dimana?” Tanya susan sambil clingak-clinguk mencari raka berada. “dia ada di kamarnya.” “oh. Kalau begitu, aku duluan ke kamar raka ya tante” tanpa menunggu jawaban dari tantenya, susan langsung menuju ke kamar raka “tante, kamar raka dimana ya? Hehe” “di pintunya ada tulisannya kok san” “oh. Makasih tante”

Sementara susan ke kamar raka, clara dan juga cindy berbincang panjang lebar tentang penyakit raka dan penelitian yang di jalani james untuk menyembuhkan raka. “jadi bagaimana perkembangannya clara?” “memburuk kak. Raka makin sulit untuk tenang. Tadi malam sampai harus menggunakan serum penenang untuk menenangkannya” “hmm. Begitu ya. Kedatanganku kesini ingin memberitau dirimu bahwa james hampir selesai dengan penelitiannya.” “benarkah kak. Syukurlah kalau begitu. Dengan berakhirnya penelitian james Raka akan segera sembuh” “kuharap juga begitu. Tapi aku juga membawa kabar buruk untuk itu” “kabar buruk? Maksudmu kabar buruk seperti apa kak” “karena penelitian james itu penting, banyak orang yang ingin mencuri hasil penelitian itu” “apa…” lantaran tidak percaya, clara hampir jatuh pingsan. Cindy segera membaringkan adiknya dan membuat segelas teh hangat untuk membuatnya tenang. Clara tak habis fikir kenapa hasil penelitian suaminya banyak di incar orang. Clara bertanya-tanya kembali apa sebenarnya hasil penelitian james. Kenapa orang-orang ingin mencurinya. Bukankah itu untuk kesembuhan raka. Sang buah hati mereka satu-satunya. Kini tatapan clara kosong, pikirannya sedang bergulat dengan banyak argumen-argumen yang tidak tau pasti kebenarannya.

Cindy, wanita paruh baya yang berumur 35 tahun dengan berat dan tinggi badan yang proporsional itu sedikit prihatin dengan keadaan adiknya clara. Kini wajah clara pucat pasi karena memikirkan banyak hal, tubuhnya yang lunglai terlihat sangat menyedihkan.  Sementara cindy menyelimuti adiknya clara, susan melihat-lihat ke dalam kamar raka. Melihat raka yang terbaring lemas membuat susan merasa iba, ia melanjutkan pekerjaan ibu raka yang terhambat karena kedatangan mereka. Dengan handuk yang sudah lusuh, kini susan mengganti handuk itu dengan handuk yang masih kering dan segera mengompres raka dengan air yang ada di meja dekat dengan kasurnya berada.
Setelah selesai mengompres, susan kembali melihat-lihat isi ruangan tersebut, ada satu benda yang membuat susan ingin melihatnya lebih dekat. Benda itu ada di meja belajar raka. Dengan rasa penasaran susan mendekat ke meja belajar raka yang ada di sudut ruangan bersebelahan dengan jendela. Setelah melihat lebih dekat ternyata susan makin penasaran dengan apa yang di lihatnya. “apakah sopan aku melihat ini tanpa sepengetahuan pemiliknya?” suasan bertanta-tanya dalam hati. Ia bimbang. Tapi rasa penasaran mengalahkan segalanya. Susan memegang benda itu dan tiba-tiba ia terkejut “ini…”
TO BE CONTINUED . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar